Sejarah

S ER A Y A

Desa Pakraman Seraya adalah desa tua yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah pulau Bali, karena Desa Pakraman Seraya sudah ada sebelum tahun 1343 masehi yaitu Pemerintahan Sri Jaya Pangus (sesuai peninggalan prasati Slonding). Pada zaman kerajaan Bedahulu pada masa pemerintahan Sri Astha Sura Ratna Bumi Banten yang didampingi oleh para Menteri dan para Patih sebanyak tujuh orang sebagai benteng serta menjadi tulang punggung pulau Bali. Ki Kopang bertugas memerintah Desa Pakraman Seraya sebagai benteng saat ada serangan dari musuh yang masuk dari pinggiran Bali Timur. Akibat ekspedisi Patih Gajah Mada dari Majapahit, maka Ki Kopang dan para Patih dari Tenganan serta teman seperjuangannya kalah menghadapi serangan Patih Gajah Mada, sehingga pulau Bali dapat ditaklukan.
Setelah Bali ditaklukan oleh Kerajaan Majapahit, yang pucuk pimpinan di Bali saat itu adalah Trah Dalem di Gelgel, maka tokoh agama, seni dan budaya dari Majapahit datang ke Bali dan menetap sekaligus mengganti pucuk pimpinan di Seraya (Trah Arya Kanuruhan yg sering disebut Soroh 40 serta mengembangkan seni budaya sampai sekarang). Itulah bukti, bahwa Desa Pakraman Seraya merupakan Desa tua sebagai benteng pulau Bali Timur dari zaman kerajaan Bedahulu. Di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit di Bali terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang menjadi bawahan Kerajaan Gelgel, seperti di Karangasem  yang Rajanya bernama I Dewa Karang Amla berkedudukan di Seledumi (Bale Punduk), kemudian pindah ke Batu Aya.
Masyarakat Desa Pakraman Seraya menjadi angkatan bersenjata di Kerajaan Karangasem terutama disaat terjadi ekspansi ke Bumi Lombok dengan bersenjatakan pentungan dan perisai. Sampai sekarang seni berperang yang mempergunakan senjata pentungan dan perisai tersebut masih diwarisi dengan sebutan Magebug atau Gebug Ende yang oleh sebagian masyarakat disakralkan sebagai sarana untuk memohon turunnya hujan, apabila terjadi musim kemarau yang berkepanjangan.
Kata Seraya memiliki tiga pengertian yaitu: (1) kata Seraya berasal dari kata sirah dan iya, kata sirah berarti kepala dan iya berarti dia, jadi Desa Seraya dikatakan sebagai kepala dari pulau Bali karena terletak paling timur dari pulau Bali. (2) kata Seraya berasal dari kata sira dan aya, kata sira berarti dia dan kata aya berarti besar. Kata besar memiliki dua pengertian yaitu besar dari segi wilayah yang sangat luas yang terdiri dari 32 banjar adat dan besar dari segi keberanian dan kekuatan, karena pada zaman Kerajaan masyarakat Desa Pakraman Seraya menjadi angkatan bersenjata Kerajaan Karangasem untuk bertempur melawan Kerajaan Lombok. (3) kata Seraya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata Craya yang berarti teman, disebut teman karena Kerajaan Karangasem mencari teman atau bantuan ke Desa Pakraman Seraya untuk bertempur melawan Kerajaan Lombok.

4.1.1        Keadaan Geografis Desa Pakraman Seraya, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem
Desa Pakraman Seraya terletak di 7 km dari Kecamatan Karangasem, 7 km dari Kabupaten Karangasem, 86 km dari ibukota Provinsi Bali yaitu Denpasar. Batas-batas Desa Pakraman Seraya secara geografis dapat dilihat sebagai berikut : sebelah utara ada desa Bukit, sebelah timur ada desa Tulamben, sebelah barat ada desa Tumbu, ujung hyang dan sebelah selatan ada selat Lombok atau laut. Desa Pakraman Seraya terdiri dari tiga desa kedinasan yaitu Seraya Barat, Seraya Tengah dan Seraya Timur dengan luas wilayah 295 km yang memiliki ketinggian 30-500 m dari permukaan laut dengan kemiringan rata-rata 4,5 dengan iklim tropis dan curah hujan rata-rata 74 hari pertahun. Tanaman yang dikembangkan adalah kelapa, jagung, kacang dan tanaman lainnya yang tahan terhadap cuaca yang panas dg musim tanam setahun sekali. Dalam sektor peternakan dikembangkan jenis ternak seperti: ayam,kambing, sapi, babi.

4.1.2        Keadaan Penduduk
Penduduk Desa Pakraman Seraya tahun 2010 berjumlah 20.828 jiwa, terdiri dari 4.675 KK (kepala keluarga), laki-laki berjumlah 10.593 jiwa dan perempuan berjumlah 10.235 jiwa.

No comments:

Post a Comment